KATA PENGANTAR
Puji
syukur senantiasa penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa dengan segala
rahmat ,patunjuk ,dan karunianya. Akhirnya Makalah dengan judul REKAYASA
GENETIKA ini dapat terselesikan dengan baik dan lancar.
Makalah ini dibuat agar pembaca
dapat mengetahui bagaimana cara melakukan rekayasa genetika dan apa saja
manfaat maupun kerugian dari rekayasa genetika. Dalam pembuatan Makalah ini
Penulis tak lupa berterima kasih kepada :
1.
Bapak
Supriyono S.Pd,M.Pd selaku Kepala SMA 1 BAE KUDUS.
2.
Bapak
Agus Pujo S.Pd selaku guru pengampu mata pelajaran Biologi.
3.
Ibu Sri
Rejeki S.Pd selaku wali kelas XII MIPA 3.
4.
Kedua
orang tua kami yang telah membantu kami.
5.
Dan
terakhir teman-teman kami yang telah memberi informasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna seperti pepatah “ Tiada Ganding Yang Tak Retak ”, oleh
karena itu apabila ada kata yang kurang berkenan dan kurang sopan menurut
pembaca, kami selaku penulis mohon ma’af sebesar-besarnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin……………
Kudus,
19 Januari 2017
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Kemajuan dalam
pengetahuan kita mengenai sifat molekuler gen dan aksi gen tidak saja menarik
perhatian masyarakat ilmiah tetapi juga yang bukan ilmuan. Termasuk dalam
pengetahuan bagaimana sel itu berfungsi, adalah potensi untuk mengubah atau
mengendalikan fungsi-fungsi ini. Hingga sekarang, penelitian biologi terbatas
terutama pada pengamatan pengamatan fenomena alami. Sekarang kita menghadapi
prospek mampu mengendalikan dan mengarahkan sistem-sistem hidup. Ini merupakan
ilmu yang sebelumnya belum pernah dijumpai, kecuali mungkin dalam ilmu
khayalan, dan sebagai akibatnya,terjadi perdebatan terhadap kontrol yang
bagaimana di inginkan.
Perkembangan
bioteknologi secara drastis terjadi sejak ditemukannya struktur helik ganda DNA
dan teknologi DNA rekombinan di awal tahun 1950-an. Penemuan struktur double
heliks DNA oleh Watson dan Cricks (1953) telah membuka jalan lahirnya
bioteknologi modern dalam bidang rekayasa genetika yang merupakan prosedur
dasar dalam menghasilkan suatu produk bioteknologi. Tahap-tahap penting
berikutnya adalah serangkaian penemuan enzim restriksi (pemotong) DNA, regulasi
(pengaturan ekspresi) gen (diawali dari penemuan operon laktosa pada
prokariota), perakitan teknik PCR, transformasi genetik, teknik peredaman gen
(termasuk interferensi RNA), dan teknik mutasi terarah.
Secara konvensional,
pemuliaan tanaman dan rekayasa genetika sebenarnya telah dilakukan oleh para
petani melalui proses penyilangan dan perbaikan tanaman sejak zaman dahulu.
Misalnya melalui tahap penyilangan dan seleksi tanaman dengan tujuan tanaman
tersebut menjadi lebih besar, kuat, dan lebih tahan terhadap penyakit. Prinsip
rekayasa genetika sama dengan pemuliaan tanaman, yaitu memperbaiki sifat-sifat
tanaman dengan menambahkan sifat-sifat ketahanan terhadap cekaman mahluk hidup
pengganggu maupun cekaman lingkungan yang kurang menguntungkan serta
memperbaiki kualitas nutrisi makanan. Rekayasa genetika adalah kelanjutan dari
pemuliaan secara tradisional. Dalam arti paling luas, rekayasa genetika
merupakan penerapan genetika untuk kepentingan manusia akan tetapi masyarakat
ilmiah sekarang lebih bersepakat dengan batasan yang lebih sempit, yaitu
penerapan teknik-teknik genetika molekuler untuk mengubah susunan genetik dalam
kromosom atau mengubah sistem ekspresi genetik yang diarahkan pada kemanfaatan
tertentu. Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme,
mulai dari virus, bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi,
hingga tumbuh-tumbuhan. Bidang kedokteran dan farmasi paling banyak
berinvestasi di bidang yang relatif baru ini. Sementara itu bidang lain,
seperti ilmu pangan, kedokteran hewan, pertanian (termasuk peternakan dan
perikanan), serta teknik lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk
mengembangkan bidang masing-masing.
Ada dua pendekatan
utama yang banyak membantu terhadap pengembangan rekayasa genetika ini. Yang
pertama adalah isolasi enzim-enzim seluler dan meneliti sifat-sifat yang dapat
mempengaruhi struktur dan fungsi gen.
ADN, akhirnya hanya
bertindak sebagai acuan bagi transkripsi atau replikasi. Semua reaksi biologis
tergantung pada enzim-enzim, yang merupakan produk aktivitas gen dan
mengkatalisa reaksi-reaksi dan dengan demikian mengontrol metabolisma. Sebab
itu, para ahli biologi dan biokimia berpaling pada isolasi dan identifikasi
ratusan enzim guna menciptakan kembali kejadian-kejadian metabolis pada kondisi
eksperimen, yaitu pada suatu percobaan.
2. RUMUSAN
MASALAH
1)
Apa yang
dimaksud dengan rekayasa genetika?
2)
Bagaimana
sejarah dari rekayasa genetika?
3)
Apa saja
manfaat dari rekayasa genetika?
4)
Apa saja
perangkat teknologi DNA rekombinan?
5)
Bagaimana
penerapan rekayasa genetika dalam kehidupan manusia?
6)
Apa saja
dampak dari penerapan rekayasa genetika?
3. TUJUAN
PEMBUATAN MAKALAH
1)
Dapat mengetahui pengertian dari
genetika.
2)
Dapat mengetahui manfaat genetika.
3)
Dapat mengetahui contoh-contoh rekayasa
genetika.
4)
Dapat mengetahui prinsip dan teknik
dasar kloning DNA.
5)
Dapat mengetahui tentang enzim
restriksi.
6)
Dapat mengetahui tentang kloning
vektor.
4. MANFAAT
1)
Agar kita mengetahui pengawasan terhadap penerapan keilmuan manusia
2) Agar tidak menyimpang dari norma-norma atau etika yang ada
dan moral agama yang memberikan keluasan untuk menetapkan sesuatu berdasarkan
undang-undang dan pandangan agama
3)
Mengetahui cara pembuatan Sistematika
Makalah
4) Menambah Ilmu pengetahuan kepada
penulis dan pembaca
5. SISTEMATIKA
PENULISAN
A. REKAYASA
GENETIKA
a.
Pengertian
Rekayasa Genetika
b.
Sejarah
Rekayasa Genetika
c.
Manfaat
Rekayasa Genetika
d.
Prinsip
dan Teknik Dasar Kloning DNA
e.
Tahapan –
Tahapan Dalam Rekayasa Genetika
f.
Perangkat
Teknologi DNA Rekombinan
g.
Penerapan
Rekayasa Genetika Dalam Kehidupan Manusia
h.
Dampak Dari
Penerapan Rekayasa Genetika
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN REKAYASA GENETIKA
Rekayasa genetika
atau rekombinan DNA adalah kumpulan teknik-teknik eksperimental memungkinkan
peneliti untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan melipatgandakan suatu fragmen
dari materi genetika (DNA) dalam bentuk murninya.Pemanfaatan teknik genetika di
dalam bidang pertanian diharapkan dapat memberihkan sumbangan,baik dalam
membantu memahami mekanisme-mekanisme dasar proses metabolisme tanaman maupun
dari segi aplikasi praktis seperti pengembangan tanaman-tanaman pertanian
dengan sifat unggul .Yang disebut terakhir bisa berupa pengklonan dan
pemindahan gen-gen penyandi sifat-sifat ekonomis penting pada tanaman,maupun
pemanfaatan klon-klon DNA sebagai masker (penanda) di dalam membantu
meningkatkan efisiensi seleksi dalam program pemulihan tanaman.
Keunggulan rekayasa
genetika adalah mampu memindahkan materi genetika dari sumber yang sangat
beragam dengan ketepatan tinggi dan terkontrol dalam waktu yang lebih singkat.
Melalui proses rekayasa genetika ini, telah berhasil dikembangkan berbagai
organisme maupun produk yang menguntungkan bagi kehidupan manusia.
Teknologi khusus yang
digunakan dalam rekayasa genetika meliputi teknologi DNA Rekombinan yaitu
pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara penyisipan molekul
DNA ke dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan
mengalami perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai
sel inang.
B.
SEJARAH
REKAYASA GENETIKA
Sejarah
perkembangan genetika sebagai ilmu pengetahuan dimulai menjelang akhir abad
ke-19 ketika seorang biarawan Austria bernama Gregor Johann Mendel berhasil
melakukan analisis yang cermat dengan interpretasi yang tepat atas hasil-hasil
percobaan persilangannya pada tanaman kacang ercis (Pisum sativum). Sebenarnya, Mendel bukanlah orang pertama yang
melakukan percobaan-percobaan persilangan (Anonim. 2008).
Akan tetapi, berbeda dengan para pendahulunya yang melihat setiap individu
dengan keseluruhan sifatnya yang kompleks, Mendel mengamati pola pewarisan
sifat demi sifat sehingga menjadi lebih mudah untuk diikuti. Deduksinya
mengenai pola pewarisan sifat ini kemudian menjadi landasan utama bagi
perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan, dan Mendel pun
diakui sebagai Bapak Genetika.
Karya
Mendel tentang pola pewarisan sifat tersebut dipublikasikan pada tahun 1866 di Proceedings of the Brunn Society for Natural History. Namun, selama lebih dari 30 tahun tidak pernah ada
peneliti lain yang memperhatikannya. Baru pada tahun 1900 tiga orang ahli
botani secara terpisah, yakni Hugo de Vries di Belanda, Carl Correns di Jerman,
dan Eric von Tschermak-Seysenegg di Austria, melihat bukti kebenaran
prinsip-prinsip Mendel pada penelitian mereka masing-masing. Semenjak saat itu hingga lebih kurang pertengahan abad
ke-20 berbagai percobaan persilangan atas dasar prinsip-prinsip Mendel sangat
mendominasi penelitian di bidang genetika. Hal ini menandai berlangsungnya
suatu era yang dinamakan genetika klasik.
Selanjutnya,
pada awal abad ke-20 ketika biokimia mulai berkembang sebagai cabang ilmu
pengetahuan baru, para ahli genetika tertarik untuk mengetahui lebih dalam
tentang hakekat materi genetik, khususnya mengenai sifat biokimianya. Pada
tahun 1920-an, dan kemudian tahun 1940-an, terungkap bahwa senyawa kimia materi
genetik adalah asam deoksiribonukleat (DNA). Dengan ditemukannya model struktur
molekul DNA pada tahun 1953 oleh J.D. Watson dan F.H.C. Crick dimulailah era
genetika yang baru, yaitu genetika
molekuler.
Perkembangan
penelitian genetika molekuler terjadi demikian pesatnya. Jika ilmu pengetahuan
pada umumnya mengalami perkembangan dua kali lipat dalam satu dasawarsa, maka
waktu yang dibutuhkan untuk itu (doubling
time) pada genetika molekuler
hanyalah dua tahun. Bahkan, perkembangan yang lebih revolusioner dapat
disaksikan semenjak tahun 1970-an, yaitu pada saat dikenalnya teknologi
manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA rekombinan atau dengan istilah yang
lebih populer disebut sebagai rekayasa genetika.
Salah
satu penelitian yang memberikan kontribusi terbesar bagi rekayasa genetika
adalah penelitian terhadap transfer (pemindahan) DNA bakteri dari suatu sel ke
sel yang lain melalui lingkaran DNA kecil yang disebut plasmid. Bakteri
eukariota uniseluler ternyata sering melakukan pertukaran materi genetik ini
untuk memelihara memelihara ciri-cirinya. Dalam rekayasa genetika inilah,
plasmid berfungsi sebagai kendaraan pemindah atau vektor.
Agar
materi genetik yang dipindahkan sesuai dengan keinginan kita, maka kita harus
memotong materi genetik tersebut. Secara alami, sel memiliki enzim-enzim
pemotong yang sering disebut dengan enzim restriksi. Enzim ini dapat mengenali
dan memotong tempat-tempat tertentu di sepanjang molekul DNA. Untuk menyambung
kembali potongan-potongan DNA ini digunakan enzim ligase. Sampai sekarang ini
telah ditemukan lebih dari 200 enzim restriksi. Hal ini tentu saja mempermudah
pekerjaan para ahli rekayasa genetika untuk memotong dan menyambung kembali
DNA.
Genetika
pada saat ini telah berkembang pesat. Sejak sruktur DNA diketahui dan kode
genetika dipecahkan, serta proses transkripsi dan tranlasi dapat dijabarkan
dalam kurun waktu antara tahun 1952-1953, telah terbuka pintu untuk
perkembangan penting di bidang genetika. Penemuan di atas diikuti periode
antiklimaks ketika beberapa ahli biologi molekuler antara tahun 1971-1973
berhasil melakukan rekayasa genetika, separti pemotongan gen (DNA) yang
terkontrol dan rekombinasi DNA yang inti prosesnya adalah kloning atau
pengklonaan DNA. Dengan rekayasa genetika dapat disatukan bahan genetik dari
satu organisme dengan organisme lain dan dapat dihasilkan makhluk hidup baru.
C. MANFAAT REKAYASA GENETIKA
1.
Untuk mengurangi biaya dan meningkatkan
penyediaan sejumlah besar bahan yang sekarang di gunakan di dalam pengobatan,
pertanian dan industri.
2.
Untuk menggembangkan tanaman –
tanaman pertanian yang bersifat unggul namun secara praktis.
3.
Untuk menukar gen dari satu organisme
kepada organisme lainnya ,menginduksi sel untuk membuat bahan-bahan yang
sebelumnya tidak pernah dibuat.
D. PRINSIP DAN TEKNIK DASAR KLONING DNA
Dasar dari
pengembangan teknologi DNA Rekombinan adalah ditemukannya mekanisme seksual
pada bakteri yang telah dibuktikan pada tahun 1946. Konsekuensi dari mekanisme
seksual adalah:
1.
Menyebabkan terbentuknya kombinasi
gen-gen yang berasal dari dua sel yang berbeda.
2.
Terjadi pertukaran DNA atau gen dari
satu sel ke sel yang lain. Mekanisme seksual ini tidak bersifat reproduktif
atau tidak menghasilkan keturunan.
Asam nukleat yang merupakan sumber informasi genetika
didalam setiap sel,adalah molekul yang bisa dimanipulasi .Ada dua macam asam
nucleat yaitu asam ribonucleat : Asam ribonucleat ( RNA ) dan asam
deoksiribonucleat (DNA).
Asam nukleat adalah molekul besar berupa utas rantai yang
panjang.Rantai asam nukleat disusun ole(fragmen) DNA organisme
komponen-komponen yang terdiri dari :
Ø Gula
pentosa berkarbon 5 ( yaitu gula ribosa pada RNA,dan gula Deoksiribosa pada
DNA)
Ø Gugus
fosfat (PO4-2)
Ø Basa
Transfer DNA atau perpindahan DNA ke dalam bakteri dapat
melalui tiga cara, yaitu konjugasi, transformasi, dan transduksi.
DNA yang masuk ke dalam sel bakteri selanjutnya dapat berintegrasi dengan DNA
atau kromosom bakteri sehingga terbentuk kromosom rekombinan.
a.
Konjugasi
merupakan perpindahan DNA dari satu sel (sel donor) ke dalam sel bakteri
lainnya (sel resepien) melalui kontak fisik antara kedua sel. Sel donor
memasukkan sebagian DNA-nya ke dalam sel resepien. Transfer DNA ini melalui
pili seks yang dimiliki oleh sel donor. Sel resepien tidak memiliki pili seks.
DNA dari sel resepien berpindah ke sel resipien secara replikatif sehingga
setelah proses ini selesai, sel jantan tidak kehilangan DNA. Ke dua sel tidak
mengalami peningkatan jumlah sel dan tidak dihasilkan sel anak. Oleh karena
itu, proses konjugasi disebut juga sebagai proses atau mekanisme seksual yang
tidak reproduktif.
b.
Transformasi
merupakan pengambilan DNA oleh bakteri dari lingkungan di sekelilingnya. DNA
yang berada di sekitar bakteri (DNA asing) dapat berupa potongan DNA atau
fragmen DNA yang berasal dari sel bakteri yang lain atau organisme yang lain.
Masuknya DNA dari lingkungan ke dalam sel bakteri ini dapat terjadi secara
alami. Pada tahun 1928 ditemukan strain bakteri yang tidak virulen dapat berubah
sifatnya menjadi virulen disebabkan adanya strain yang tidak virulen dicampur
dengan sel-sel bakteri strain virulen yang telah dimatikan. Tahun 1944
ditemukan bahwa perubahan sifat atau transformasi dari bakteri yang tidak
virulen menjadi virulen disebabkan oleh adanya DNA dari sel bakteri strain
virulen yang masuk ke dalam bakteri strain yang tidak virulen.
c.
Transduksi
adalah cara pemindahan DNA dari satu sel ke dalam sel lainnya melalui
perantaraan bakteriofage. Beberapa jenis virus berkembang biak di dalam
sel bakteri. Virus-virus yang inangnya adalah bakteri sering disebut
bakteriofag atau fage. Ketika virus menginfeksi bakteri, fage memasukkan
DNA-nya ke dalam sel bakteri. DNA tersebut kemudian akan bereplikasi di dalam
sel bakteri atau berintegrasi dengan kromosom baketri. DNA fage yang dikemas
ketika membentuk partikel fage baru akan membawa sebagian DNA bakteri yang
menjadi inangnya. Selanjutnya jika fage tersebut menginfeksi bakteri yang lain,
maka fage akan memasukkan DNAnya yang sebagian mengandung DNA sel inang
sebelumnya. Jadi, secara alami fage memindahkan DNA dari satu sle bakteri ke
bakteri yang lain.
i.
Unsur-unsur
yang esensial diperlukan dalam kloning DNA adalah:
1.
Enzim retraksi (enzim pemotong DNA)
2.
Kloning vektor (pembawa)
3.
Enzim ligase yang berfungsi menyambung
rantai DNA
ii.
Adapun
proses-proses dasar dalam kloning DNA meliputi :
1.
Pemotongan DNA (DNA organisme yang
diteliti dan DNA vektor)
2.
Penyambungan potongan-potongan
(fragmen) DNA organisme dengan DNA vektor menggunakan enzim ligase
3.
Transformasi rekombinan DNA (vektor +
DNA sisipan) ke dalam sel bakteri Eschericia coli.
4.
Seleksi (screening) untuk mendapatkan
klon DNA yang diinginkan.
E.
TAHAPAN
– TAHAPAN DALAM REKAYASA GENETIKA
1.
Membuat
Kompeten Sel
Dalam
rekayasa genetika atau bioteknologi proses transformasi gen pada bakteri,
khususnya pada Escherichia coli, membuat kompeten sel merupakan salah
satu langkah yang penting. Tujuan proses kompeten sel adalah untuk
mengkondisikan sel bakteri sehingga dapat menyerap DNA yang berbentuk sirkuler
dalam proses kompeten sel.
Pada
proses kompeten sel membran sel bakteri akan membentuk suatu pori-pori yang
dapat dimasuki oleh DNA sirkuler. Bakteri yang diperlakukan dengan kalsium
klorida (CaCl2) mampu menyerap DNA bacteriophage . Kemampuan bakteri yang
telah kompeten untuk menyerap DNA adalah sangat singkat yaitu sekitar 1-2 hari,
kecuali diperlakukan dengan penyimpanan yang benar.
2.
Transformasi
Sel Kompeten
Transformasi
merupakan proses untuk memasukkan DNA plasmid hasil konstruksi yang telah
mengandung gen target ke dalam sel target. Proses transformasi ke sel bakteri
pada umumnya menggunakan metode heat shock, tetapi dapat juga menggunakan
metode listrik secara elektroporasi. Penggunaan metode heat shock juga lebih
murah dibandingkan dengan metode elektroporasi.
Dalam
proses transformasi gen ke sel bakteri, macam vektor plasmid yang digunakan
harus diketahui karakternya dengan jelas, terutama sistem ekspresi dan macam
gen ketahanan terhadap antibiotik yang digunakan. Pada umumnya, sistem ekspresi
yang digunakan adalah sistem operon yang dapat diinduksi oleh senyawa tertentu.
Kebanyakan operon yang digunakan adalah lactose operon yang dapat diinduksi
oleh senyawa IPTG ( iso-propyl–thio-galaktosidase). Lac-operon digunakan untuk
mengekspresikan gen yang mengkode enzim beta galaktosidase. Enzim ini akan
mengkonversi senyawa 5-bromo-4-cloro-3indolil-beta-D-galaktosidase (X-gal) yang
tidak berwarna menjadi derivat indigo yang berwarna biru. Apabila gen Lac Z
disisipi oleh sekuen DNA tertentu, maka gen Lac Z-nya terputus sehingga enzim
beta galaktosidase tidak terbentuk. Akibat tidak terbentuknya enzim beta
galaktosidase, maka substrat X-gal tidak dikoversikan menjadi derivat indigo
sehingga koloni tetap berwarna putih. Dengan demikian, koloni yang berwarna
putih adalah koloni yang berhasil ditransformasi, .sedangkan koloni barwarna biru
merupakan bakteri yang tidak tertransformasi. Seleksi dengan metode ini disebut
dengan blue white colony selection. Blue white colony selection merupakan salah
satu cara dalam menseleksi bakteri yang telah berhasil ditransformasi.
3.
Seleksi
Bakteri Transforman
Untuk mengetahui bakteri mana yang telah berhasil
ditransformasi plasmid hasil konstruksi yang memiliki gen untuk mengekspresikan
sifat resistensi terhadap antibiotik tertentu, bakteri tersebut kemudian
dikulturkan dalam medium yang mengandung antibiotik tersebut. Bakteri yang
tidak berhasil ditransformasikan dengan plasmid hasil konstruksi tersebut akan
mati karena tidak memiliki plasmid sehingga tidak resisten terhadap antibiotik.
Bakteria yang dapat tumbuh akan dipisahkan antara satu dengan lain dan
dibiarkan tumbuh membentuk koloni. Perlu diingatkan bahwa proses ini melibat
beribu-ribu plasmid dan DNA sasaran yang tidak dapat dilihat dengan mata kasar.
Plasmid umumnya dalam bentuk larutan cair.
Tidak semua plasmid dapat dikonstruksi dengan enzim
restriksi. Walau dapat dikonstruksi, tidak semua plasmid dapat disisipkan
dengan DNA target. Ada plasmid yang dapat dikonstruksi dan dapat menyatu
kembali tanpa bergabung dengan DNA target. Walaupun ada plasmid yang dapat
dilakukan penyisipan, tidak semua berhasil ditransfomasi ke dalam sel bakteri
traget. Dengan ini perlu dilakukan seleksi untuk memilih hanya sel perumah yang
hanya mengandung DNA rekombinan (rDNA). Saringan yang pertama dilakukan dengan
menggunakan penanda saringan terhadap antibiotik. Andaikan plasmid yang dipilih
mempuyai resitensi terhadap antibiotik ampicilin (ampR) dan lac Z
sebagai tapak pemotongan enzim EcoRI yang digunakan untuk mensintesiskan -galaktosidase
jika melakukan lac operon. Sekiranya sel perumah gagal ditransformasikan vektor
plasmid, maka sel perumah tersebut tidak mempunyai plasmid untuk daya tahan
terhadap antibiotik dan sel perumah tersebut musnah. Dengan itu kita dapat
memilih sel perumah yang mana ada vektor plasmid atau tidak. Masalah
selanjutnya adalah adakah sel perumah tersebut mengandung plasmid yang telah
telah dipotong oleh enzim pembatasan atau tidak. Pemecahannya adalah dengan
dilakukan dengan mengkultur bakteria tersebut dalam medium X-gal (mengandung
laktosa). X-gal akan berubah warna menjadi biru sekiranya menyatu dengan -galaktosidase.
Lac Z dipotong oleh enzim restriksi untuk tujuan penyisipan DNA sumber, dengan
itu bakteria lac Z menjadi rusak dan tidak berupaya mensintesis galaktosidase
dan akan menghasilkan koloni berwarna putih di dalam medium X-gal. Masalah
ketiga adakah plasmid yang telah dikonstruksi oleh enzim restriksi tersebut
akan disisipkan oleh DNA sumber atau plasmid tersebut timbul kembali tanpa
bergabung dengan DNA sumber. Proses seterusnya ialah identifikasi gen melalui
‘genetic probe’. Genetic probe adalah segmen RNA atau segmen rantai tunggal DNA
yang menjadi pelengkap kepada gen yang diperlukan dan telah ditandai dengan
bahan radioaktif.
Koloni sel perumah yang mengandung plasmid dipindahkan
kepada membran nilon. Membran nilon akan diberi dengan ‘genetic probe’ yang
akan berpasangan dengan bes-bes pada rDNA yang telah terbuka. Kemudian akan
dibilas sekiranya bes yang tidak berikatan akan disingkirkan dan bes yang
berikatan akan tetap berada dalam membran. ‘Genetic probe’ kemudian difoto
dengan film x-ray. Dengan itu kita dapat memilih sel perumah yang mengandung
DNA rekombinan.
4.
Pemotongan
DNA dengan Enzim Endonuklease dan Elektroforesis
Enzim
restriksi (endonuklease) adalah enzim yang berasal dari bakteri yang berasal
dari bakteri yang mampu memotong DNA double strain. Istilah enzim restriksi
berasal dari kenyataan bahwa enzim ini merupakan produk dari satu straind
bakteri yang membatasi pertumbuhan berikutnya dari bakteri lain tertentu pada
medium yang sama Dalam sel bakteri, enzim ini berfungsi sebagai perlindungan
diri dengan cara memotong DNA asing pada sisi pemotongan tertentu. Endonuklease
dapat mengenal urutan (sekuen) nukleutida pendek, antara 4-8 nukleutida, yang
sering dikenal sebagai restriction site atau sisi pemotongan atau situs
pemotongan yang spesifik dan berbeda-beda.. Telah diketahui kira-kira 200 enzim
restriksi dan masing-masing enzim restriksi memotong DNA rantai ganda pada
urutan spesifik dari 4 atau 6 basa. EcoRl merupakan salah satu enzim restriksi
yang memotong DNA rantai ganda dimana urutan basa-basanya adalah guanin, adenin
,adenin, timin, timin, dan sitosin .
G A A T T
C
C T T A A
G
Karena EcoRl
memotong setiap DNA hanya pada urutan yang benar, maka DNA yang berasal dari
sumber–sumber yang jelas berbeda dapat dipotong dan disambung bersama
berdasarkan adanya ekor-ekor rantai tunggal yang komplementer yang disebut
ujung staggered. Pemotongan yang sempurna dari DNA total dengan enzim ini akan
memotong DNA tadi apabila terdapat urutan GAATTC dan apabila setiap plasmid
mempunyai DNA identik, maka DNA total akan selalu dipotong oleh EcoRl menjadi
fragmen-fragman yang sangat banyak yang tepat sama.
5.
Elektroforesis
dengan Agarose Gel
Elektroforesis dengan agarose gel
digunakan untuk memisahkan fragmen DNA berdasarkan berat molekulnya. Fragmen
(potongan) DNA berukuran lebih kecil akan bergerak dari kutub (-) ke kutub (+)
akan lebih cepat dibandingkan dengan DNA yang berukuran besar. Untuk mengetahui
besar suatu fragmen DNA ditentukan marker DNA yang telah diketahui ukurannya.
F.
PERANGKAT
TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN
Adapun perangkat yang
digunakan dalam teknik DNA rekombinan diantaranya enzim restriksi untuk
memotong DNA, enzim ligase untuk menyambung DNA, vektor untuk
menyambung dan mengklonkan gen di dalam sel hidup dimana vektor yang sering
digunakan diantarnya plasmid dan bakteriofag, pustaka genom untuk
menyimpan gen atau fragmen DNA yang telah diklonkan, serta enzim transkripsi
balik untuk membuat DNA berdasarkan RNA (cDNA).
Enzim Restriksi
Enzim
restriksi merupakan enzim yang memotong molekul DNA. Karena enzim ini memotong
di bagian dalam molekul DNA, maka enzim ini juga dinamakan endonuklease
restriksi. Enzim ini memotong (menghidrolisis) DNA pada rangka gula-fosfat
tepatnya pada ikatan fosfodiester. Enzim restriksi akan mengenali dan memotong
DNA hanya pada urutan nukleotida tertentu, biasanya sepanjang 4 hingga 6 pasang
basa.
B. Enzim restriksi memiliki beberapa
karakteristik, diantaranya:
1.
Enzim restriksi mengenali urutan
nukleotida spesifik.
2.
Enzim restriksi memotong ikatan
fosfodiester diantara basa spesifik, satu di setiap helai DNA.
3.
Hasil dari masing-masing reaksi
tersebut yakni dua buah fragmen DNA untai ganda.
4.
Enzim restriksi tidak membeda-bedakan
antara DNA yang berasal dari organisme yang berbeda.
5.
Sebagian besar enzim restriksi akan
memotong DNA yang mengandung urutan pengenalan mereka, tidak mempermasalahkan
sumber DNA tersebut.
6.
Enzim restriksi merupakan bagian alami
dari sistem pertahanan bakteri.
Enzim retriksi disebut juga endonuklease. Enzim-enzim ini
memotong rantai ganda DNA pada tempat-tempat tertentu. Cara kerja enzim
restriksi adalah dengan mengenal sekuens (urutan basa) tertentu pada DNA,
kemudian baru melakukan pemotongan.
Ada tiga golongan enzim restriksi yang telah diketahui, yaitu
enzim restriksi golongan I, golongan II, dan golongan III. Enzim restriksi
golongan I bekerja dengan mengenal sekuens tertentu pada DNA, tetapi melakukan
pemotongan di luar (di sekitar) sekuens pengenal tersebut. Enzim restriksi yang
berguna pada prosedur kloning DNA adalah enzim restriksi dari golongan II
karena golongan ini memotong DNA pada posisi yang tertentu di dalam sekuens
pengenal tadi.Enzim restriksi golongan tiga memiliki cara kerja yang mirip
dengan golongan I, dimana pemotongan yang tidak spesifik dilakukan di sekitar
sekuens pengenalnya.
Nama dari suatu enzim restriksi biasanya diambil dari nama
bakteri asal enzim tersebut diisolasi.Bakteria umumnya mensintesis satu atau
lebih endonuklease yang dapat memotong DNA.Endonuklease atau enzim restriksi
ini berfungsi terutama mengahalangi adanya DNA-DNA asing yang masuk ke dalam
sel bakteri tersebut. DNA dari sel yang mensintesis enzim restriksi itu sendiri
terlindungi dari aksi enzim restriksinya karena sel tersebut juga mensintesis
enzim modifikasi yang merubah struktur dari sekuens pengenal enzim restriksi
tadi.
C.
Enzim
DNA Ligase
DNA ligase merupakan enzim yang mengkatalisis
pembentukan ikatan fosfodiester antara ujung 5’-fosfat dan 3’-hidroksil pada
DNA saat terjadinya replikasi DNA, rekombinasi dan kerusakan. Sacara biologis,
DNA ligase diperlukan untuk menggabungkan fragmen okazaki saat proses
replikasi, menyambung potongan-potongan DNA yang baru disintesis serta berperan
dalam proses reparasi DNA. DNA ligase merupakan enzim yang sangat berguna baik
di dalam sel maupun di luar sel. Untuk penggunaan di luar sel , penggabungan dengan
enzim restriksi telah membuat terobosan baru di bidang teknologi DNA
rekombinan. Enzim restriksi diibaratkan sebagai gunting yang memungkinkan untuk
memotong DNA di tempat yang spesifik. Kemudian DNA ligase berperan sebagai lem
yang menyambung DNA yang telah terpotong sehingga menjadi DNA yang fungsional.
D.
Vektor
Sebagai
salah satu cara untuk memanipulasi DNA di luar sel, para ilmuwan dalam
bioteknologi harus bisa membuat suatu tempat yang keadaannya stabil dan cocok
dengan tempat DNA yang dimanipulasi. Vektor disini bisa diartikan sebagai alat
yang membawa DNA ke dalam sel induk barunya. Agar suatu metode dalam rekayasa
genetika berhasil maka di dalam vektor DNA hasil rekombinan hanya membawa DNA
rekombinan yang digabungkan dengan DNA vektor melalui enzim ligase. Namun di
dalam vektor, DNA rekombinan tidak termutasi lagi membentuk DNA dengan sifat
baru. Adapun contoh dari vektor yang terdapat di alam adalah plasmid dan
virus atau bacteriophage.
1. Plasmid
Plasmid adalah
molekul DNA yang terpisah dan dapat bereplikasi secara independen dari DNA
kromosom. Di dalam satu sel bakteri, dapat ditemukan lebih dari satu plasmid
dengan ukuran yang sangat bervariasi namun semua plasmid tidak mengkodekan
fungsi yang penting untuk pertumbuhan sel tersebut. Umumnya, plasmid
mengkodekan gen-gen yang diperlukan agar dapat bertahan pada keadaan yang
kurang menguntungkan sehingga bila lingkungan kembali normal, DNA plasmid dapat
dibuang. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh ahli biologi molekuler
Amerika Yosua Lederberg pada tahun 1952.
Pada awalnya penamaan
plasmid didasarkan pada sifat fenotipe yang dikodekan oleh DNA plasmid
tersebut. Contohnya plasmid ColE1 yang berasal dari E. coli dapat
menyandikan bakteriocin colicin. Banyaknya laboratorium ataupun institusi yang
membuat plasmid kloning membuat sistem penamaan tersebut berubah. Untuk
standardisasi penulisan plasmid, digunakan huruf "p" yang diikuti
oleh inisial huruf kapital dan angka. Huruf kapital diambil dari nama institusi
atau laboratorium tempat plasmid tersebut berasal ataupun dari nama penemu
plasmid tersebut. Sedangkan angka yang ada merupakan kode antara dua
laboratorium tempat plasmid tersebut dibuat. Contohnya: pBR322, "p"
menyatakan plasmid, BR merupakan laboratorium tempat plasmid tersebut pertama
kali dikonstruksi (BR dari Bolivar dan Rodriguez, perancang plasmid tersebut),
sedangkan 322 menyatakan di laboratorium mana plasmid ini dibuat, banyak pBR
lainnya seperti pBR325, pBR327, dll.
Plasmid berfungsi
sebagai alat penting dalam laboratorium genetika dan bioteknologi, di mana
mereka umumnya digunakan untuk memperbanyak (membuat banyak salinan) atau
mengekspresikan gen tertentu. Plasmid banyak tersedia secara komersial untuk
penggunaan tersebut. Gen dapat direplikasi dimasukkan ke salinan gen yang mengandung
plasmid yang membuat sel-sel resisten terhadap antibiotik tertentu dan situs
kloning ganda (MCS, atau polylinker), yang merupakan daerah pendek yang
mengandung situs restriksi beberapa yang umum digunakan memungkinkan penyisipan
DNA mudah fragmen di lokasi tersebut. Selanjutnya, dimasukkan ke dalam plasmid
bakteri dengan proses yang disebut transformasi. Kemudian, bakteri yang terkena
antibiotik tertentu. Hanya bakteri yang mengambil salinan plasmid bertahan
hidup, karena plasmid membuat mereka bertahan. Secara khusus, gen melindungi
diekspresikan (digunakan untuk membuat protein) dan protein diekspresikan
memecah antibiotik. Dengan cara ini, antibiotik bertindak sebagai filter untuk
bakteri yang dimodifikasi. Kemudian bakteri tersebut dapat tumbuh dalam jumlah
besar, dipanen, dan segaris (sering menggunakan metode lisis alkali) untuk
mengisolasi plasmid.
2. Bacteriophage
Salah satu vektor
yang banyak digunakan dalam teknologi DNA rekombinan adalah bacteriophage atau
faga yaitu virus yang menginfeksi bakteri. Seperti halnya virus, fage harus
menginfeksi bakteri yang menjadi inangnya. Setelah jumlahnya mencukupi, fage
akan melisis sel inang dan dapat menghasilkan banyak fage untuk setiap sel
bakteri yang mengalami lisis. Oleh karena itu jumlah fage menjadi sangat besar
bila yang mengalami lisis adalah kumpulan bakteri (koloni). Oleh karena itu
vektor yang berupa bacteriophage sangat menguntungkan jika DNA yang disisipkan
ingin diperbanyak dalam jumlah besar. Kontruksi pustaka genom juga banyak
menggunakan fage sebagai vektornya. Selain kemampuan membawa DNA sisipan lebih
besar dari plasmid, penyimpanan fage relatif lebih mudah dibandingkan dengan
bakteri. Penggunaan fage sebagai vektor juga menguntungkan dalam proses
penapisan untuk mengisolasi suatu gen atau DNA, karena rasio copy DNA atau gen
target terhadap genom total fage jauh lebih tinggi daripada rasio copy DNA
terhadap genom total bakteri bilamana menggunakan plasmid sebagai vektornua.
Selain itu proses purifikasi, denaturasi dan fiksasi DNA di membrane pada saat
persiapan hibridisasi dalam rangka penapisan DNA target, lebih mudah pada fage
yang menginfeksi bakteri sehingga membentuk plak (plaque) daripada koloni
bakteri yang mengandung plasmid.
E.
Enzim
Transkriptase Balik
Enzim
transkriptase-balik adalah enzim yang secara alami digunakan oleh Retrovirus
untuk membuat copy DNA berdasarkan RNA-nya. Enzim transkriptase balik ditemukan
oleh Howard Temin dan David Baltimore secara terpisah pada tahun 1970
tidak lama setelah penemuan enzim restriksi. Enzim transkriptase balik
ini kemudian digunakan untuk mengkonstruksi copy DNA yang disebut cDNA (complementary
DNA) dengan menggunakan mRNA sebagai cetakannya. Tujuan mengkonversi mRNA
menjadi cDNA adalah karena DNA sifatnya lebih stabil dari pada RNA. Setelah
dikonversi, untai cDNA tersebut dapat digunakan untuk PCR, sebagai probe untuk
analisis ekspresi dan untuk perbanyakan/ cloning sekuen mRNA. Jika seorang
peneliti ingin mengekspresikan suatu protein spesifik dalam sel yang tidak
lazim memproduksi protein tersebut, satu cara sederhana adalah dengan
mentransfer cDNA yang mengkode protein tersebut ke sel resipien.
Saat
ini, enzim transkriptase balik sudah diproduksi secara komersial. Ketersediaan
enzim transkriptase-balik ini telah memberikan kemudahan bagi para
peneliti untuk mempelajari gen yang bertanggung-jawab terhadap
sifat-sifat tertentu.
F.
Pustaka
Genom
Pustaka
genom merupakan sekumpulan sekuens (urutan) DNA dari suatu organisme yang
masing-masing telah diklon ke dalam vektor tertentu untuk memudahkan pemurnian,
penyimpanan, dan analisisnya. Pada dasarnya terdapat dua macam perpustakaan gen
yang dapat dikonstruksi, bergantung kepada sumber DNA digunakan. Jika DNA yang
digunakan adalah DNA genomik/kromosom, maka perpustakaan yang dihasilkan
disebut perpustakaan genom. Sementara itu, jika DNA yang digunakan merupakan
hasil transkripsi balik suatu populasi mRNA seperti yang umum dijumpai pada
eukariot, maka perpustakaan yang diperoleh dinamakan perpustakaan cDNA.
G. PENERAPAN REKAYASA GENETIKA DALAM KEHIDUPAN
MANUSIA
Teknologi DNA
rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan revolusi baru dalam berbagai
bidang kehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi gen. Penerapan rekayasa
genetika dalam kehidupan manusia menghasilkan berbagai produk yang dapat
meningkatkan kesejahteraan umat manusia sesuai dengan kebutuhannya. Produk
teknologi tersebut berupa organisme transgenik atau organisme hasil modifikasi
genetik (OHMG), yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Genetically
Modified Organism (GMO). Namun, sering kali pula aplikasi teknologi DNA
rekombinan bukan berupa pemanfaatan langsung organisme transgeniknya, melainkan
produk yang dihasilkan oleh organisme transgenik.
Dewasa ini cukup
banyak organisme transgenik atau pun produknya yang dikenal oleh kalangan
masyarakat luas. Beberapa di antaranya bahkan telah digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh
pemanfaatan organisme transgenik dan produk yang dihasilkannya dalam berbagai
bidang kehidupan manusia.
1. Bidang pertanian dan perternakan
Pada
dasarnya rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk menciptakan
ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi, kualitas, dan
upaya penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian. Peningkatkan
produksi pangan melalui revolusi gen ini ternyata memperlihatkan hasil yang
jauh melampaui produksi pangan yang dicapai dalam era revolusi hijau. Di
samping itu, kualitas gizi serta daya simpan produk pertanian juga dapat ditingkatkan
sehingga secara ekonomi memberikan keuntungan yang cukup nyata. Adapun dampak
positif yang sebenarnya diharapkan akan menyertai penemuan produk pangan hasil
rekayasa genetika adalah terciptanya keanekaragaman hayati yang lebih tinggi.
Di
bidang peternakan hampir seluruh faktor produksi telah tersentuh oleh teknologi
DNA rekombinan, misalnya penurunan morbiditas penyakit ternak serta perbaikan
kualitas pakan dan bibit. Vaksin-vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada
sapi, rabies pada anjing, blue tongue pada domba, white-diarrhea pada babi, dan
fish-fibrosis pada ikan telah diproduksi menggunakan teknologi DNA rekombinan.
Di
samping itu, juga telah dihasilkan hormon pertumbuhan untuk sapi (recombinant
bovine somatotropine atau rBST), babi (recombinant porcine somatotropine atau
rPST), dan ayam (chicken growth hormone). Penemuan ternak transgenik yang
paling menggegerkan dunia adalah ketika keberhasilan kloning domba Dolly
diumumkan pada tanggal 23 Februari 1997.
2. Bidang Perkebunan, Kehutanan, dan Florikultur
Perkebunan
kelapa sawit transgenik dengan minyak sawit yang kadar karotennya lebih tinggi
saat ini mulai dirintis pengembangannya. Begitu pula, telah dikembangkan
perkebunan karet transgenik dengan kadar protein lateks yang lebih tinggi dan
perkebunan kapas transgenik yang mampu menghasilkan serat kapas berwarna yang
lebih kuat dan juga ketahanan tanaman terhadap hama, dengan mengintroduksi gen
Bt yang berhubungan dengan ketahanan serangga hama hasil isolasi bakteri tanah Bacillus
thuringiensis yang dapat memproduksi protein kristal yang bekerja seperti
insektisida (insecticidal crystal protein) yang dapat mematikan serangga hama
(Macintosh et al., 1990). Bacillus thuringiensis (Bt) adalah
bakteri gram positif yang berbentuk batang, aerobik dan membentuk spora. Banyak
strain dari bakteri ini yang menghasilkan protein yang beracun bagi serangga.
Sejak diketahui potensi dari protein kristal atau cry Bt sebagai agen
pengendali serangga, semakin banyak dikembangkan isolasi Bt yang
mengandung berbagai jenis protein kristal. Dan sampai saat ini telah
diidentifikasi protein kristal yang beracun terhadap larva dari berbagai ordo
serangga yang menjadi hama pada tanaman pangan dan hortikultura. Kebanyakan
dari protein kristal tersebut lebih ramah lingkungan karena mempunyai target
yang spesifik yaitu mematikan serangga dan mudah terurai sehingga tidak
menumpuk dan mencemari lingkungan.
Di
bidang kehutanan telah dikembangkan tanaman jati transgenik, yang memiliki
struktur kayu lebih baik. Selain itu Fasilitas Uji Terbatas Pusat Penelitian
Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menghasilkan tanaman
sengon (Albazia falcataria) transgenik pertama di dunia pada tahun 2010
lalu. Kayu sengon bernilai ekonomis yang digunakan untuk tiang bangunan rumah,
papan peti kemas, perabotan rumah tangga, pagar, hingga pulp dan kertas. Akar
tunggangnya yang kuat, sehingga baik ditanam di tepi kawasan yang mudah terkena
erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah (Sengonisasi) di sekitar
daerah aliran sungai (DAS). Tanaman sengon transgenik yang mengandung gen xyloglucanase
terbukti tumbuh lebih cepat dan mengandung selulosa lebih tinggi daripada
tanaman kontrol. Tanaman ini berpotensi tumbuh lebih cepat saat dipindah ke
lapangan.
Florikultur
merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara budidaya bunga.
Florikultur merupakan praktek budidaya Hortikultura dan tumbuhan atau
tanaman untuk kebun, bunga segar untuk industri potong-Bunga dan dalam
pot untuk digunakan dalam ruangan. Hortikultura melibatkan ilmu bunga dan
budidaya tanaman dan di Floristry dengan menggunakan teknik
biokimia, fisiologi, pemuliaan tanaman serta berbagai produksi hasil
tanaman, Florikultur selalu mencari hal-hal baru bagaimana cara
menghasilkan tanaman dengan kualitas yang lebih baik dan meningkatkan kemampuan
mereka untuk melawan dampak lingkungan. Di bidang florikultur antara lain telah
diperoleh tanaman anggrek transgenik dengan masa kesegaran bunga yang lama
serta lebih tahan terhadap serangan hama. Demikian pula, telah dapat dihasilkan
beberapa jenis tanaman bunga transgenik lainnya dengan warna bunga yang
diinginkan dan masa kesegaran bunga yang lebih panjang.
3. Bidang Farmasi dan Industri
Di
bidang farmasi, rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagai jenis
obat dengan kualitas yang lebih baik sehingga memberikan harapan dalam upaya
penyembuhan sejumlah penyakit di masa mendatang. Bahan-bahan untuk mendiagnosis
berbagai macam penyakit dengan lebih akurat juga telah dapat dihasilkan.
Teknik
rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri farmasi
penting seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan dengan
cara yang lebih efisien. Hal ini karena gen yang bertanggung jawab atas
sintesis produk-produk tersebut diklon ke dalam sel inang bakteri tertentu yang
sangat cepat pertumbuhannya dan hanya memerlukan cara kultivasi biasa. Dengan
mentransfer gen untuk produk protein yang dikehendaki ke dalam bakteri, ragi,
dan jenis sel lainnya yang mudah tumbuh di dalam kultur seseorang dapat
memproduksi protein dalam jumlah besar, yang secara alami hanya terdapat dalam
jumlah sangat sedikit.
Ø Pembuatan insulin melalui proses rekayasa
genetika
Insulin adalah suatu
hormon polipetida yang diproduksi dalam sel-sel β
kelenjar Langerhaens pankreas. Insulin berperan penting
dalam regulasi kadar gula darah (kadar gula darah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter).
Hormon insulin yang diproduksi oleh tubuh kita dikenal juga sebagai
sebutan insulin endogen. Namun, ketika kalenjar pankreas mengalami
gangguan sekresi guna memproduksi hormon insulin, disaat inilah tubuh
membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh, dapat berupa obat buatan manusia
atau dikenal juga sebagai sebutan insulin eksogen. Kekurangan
insulin dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes mellitus tergantung insulin
(diabetes tipe I). Insulin terdiri dari 51 asam amino. Molekul insulin disusun
oleh 2 rantai polipeptida A dan B yang dihubungkan dengan ikatan disulfida.
Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.
Pada
industri pengolahan pangan, misalnya pada pembuatan keju, enzim renet yang
digunakan juga merupakan produk organisme transgenik. Hampir 40% keju keras
(hard cheese) yang diproduksi di Amerika Serikat menggunakan enzim yang berasal
dari organisme transgenik. Demikian pula, bahan-bahan food additive seperti
penambah cita rasa makanan, pengawet makanan, pewarna pangan, pengental pangan,
dan sebagainya saat ini banyak menggunakan produk organisme transgenik.
4. Bidang
Lingkungan
Rekayasa
genetika ternyata sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam upaya
penyelamatan keanekaragaman hayati, bahkan dalam bioremidiasi lingkungan yang
sudah terlanjur rusak. Dewasa ini berbagai strain bakteri yang dapat digunakan
untuk membersihkan lingkungan dari bermacam-macam faktor pencemaran telah
ditemukan dan diproduksi dalam skala industri. Sebagai contoh, sejumlah pantai
di salah satu negara industri dilaporkan telah tercemari oleh metilmerkuri yang
bersifat racun keras baik bagi hewan maupun manusia meskipun dalam konsentrasi
yang kecil sekali. Detoksifikasi logam air raksa (merkuri) organik ini
dilakukan menggunakan tanaman Arabidopsis thaliana transgenik yang
membawa gen bakteri tertentu yang dapat menghasilkan produk untuk
mendetoksifikasi air raksa organik.
Keragaman
metabolisme mikroba juga digunakan dalam menangani limbah dari sumber-sumber
lain. Pabrik pengolahan air kotor mengandalkan kemampuan mikroba untuk
mendegradasi berbagai senyawa organik menjadi bentuk nontoksik. Akan tetapi,
peningkatan jumlah senyawa yang secara potensial berbahaya yang dilepas ke
lingkungan tidak lagi bisa didegradasi oleh mikroba yang tersedia secara
alamiah, hidrokarbon klorinasi merupakan contoh utamanya. Para ahli
bioteknologi sedang mencoba merekayasa mikroba untuk mendegradasi senyawa-senyawa
ini. Mikroba ini dapat digunakan dalam pabrik pengolahan air limbah atau
digunakan oleh para manufaktur sebelum senyawa-senyawa itu dilepas ke
lingkungannya.
5. Bidang
Hukum dan Forensik
Pada
kriminalitas dengan kekerasan, darah atau jaringan lain dengan jumlah kecil
dapat tertinggal di tempat kejadian perkara atau pada pakaian atau
barang-barang lain milik korban atau penyerangnya. Jika ada perkosaan, air mani
dalam jumlah kecil dapat ditemukan dari tubuh korban. Pengujian yang digunakan
biasanya menggunakan antibodi untuk menguji protein permukaan sel yang
spesifik. Namun pengujian ini membutuhkan jaringan yang agak segar dengan
jumlah yang relatif banyak. Pengujian DNA dapat mengidentifikasi pelaku dengan
derajat kepastian yang jauh lebih tinggi karena urutan DNA setiap orang itu
unik. Analisis RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphims) dengan Southern
blotting merupakan metode ampuh untuk pendeteksian kemiripan dan perbedaan
sampel DNA dan hanya membutuhkan darah atau jaringan lain dalam jumlah yang
sangat sedikit. Misalnya dalam kasus pembunuhan metode ini dapat digunakan
untuk membandingkan sampel DNA dari tersangka, korban, dan sedikit darah yang
dijumpai di TKP. Probe radioaktif menandai pita elektroforesis yang mengandung
penanda RFLP tertentu. Biasanya saintis forensik menguji kira-kira lima
penanda, dengan kata lain hanya beberapa bagian DNA yang diuji. Akan tetapi,
rangkaian penanda dari suatu individu yang demikian sedikitpun sudah dapat
memberikan sidik jari DNA atau pola pita spesifik yang berguna untuk forensik
karena probabilitas bahwa dua orang akan memiliki rangkaian penanda RFLP yang
tepat sama adalah kecil. Autoradiografi meniru jenis bukti yang disajikan
kepada para juri dalam pengadilan percobaan pembunuhan.
Seperti
yang diungkapkan oleh analisis RFLP, DNA dari noda darah pada pakaian terdakwa
sama persis dengan sidik jari DNA korban tetapi berbeda dari sidik jari
terdakwa. Ini membuktikan bahwa darah dari pakaian terdakwa berasal dari korban
bukan dari terdakwa sendiri.
H. DAMPAK DARI PENERAPAN REKAYASA GENETIKA
Meskipun terlihat
begitu besar memberikan manfaat dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang
tentunya memberikan dampak positif bagi kesejahteraan umat manusia, produk
teknologi DNA rekombinan (organisme transgenik beserta produk yang
dihasilkannya) telah memicu sejumlah perdebatan yang menarik sekaligus
kontroversial apabila ditinjau dari berbagai sudut pandang. Adapun kontroversi
pemanfaatan produk rekayasa genetika antara lain dapat dilihat dari aspek
sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan.
iii.
Aspek
Sosial
1. Aspek agama
Penggunaan gen yang berasal dari babi
untuk memproduksi bahan makanan dengan sendirinya akan menimbulkan kekhawatiran
di kalangan pemeluk agama Islam. Demikian pula, penggunaan gen dari hewan dalam
rangka meningkatkan produksi bahan makanan akan menimbulkan kekhawatiran bagi
kaum vegetarian, yang mempunyai keyakinan tidak boleh mengonsumsi produk
hewani. Sementara itu, kloning manusia, baik parsial (hanya organ-organ
tertentu) maupun seutuhnya, apabila telah berhasil menjadi kenyataan akan
mengundang kontroversi, baik dari segi agama maupun nilai-nilai moral
kemanusiaan universal. Demikian juga, xenotransplantasi
(transplantasi organ hewan ke tubuh manusia) serta kloning stem cell
dari embrio manusia untuk kepentingan medis juga dapat dinilai sebagai bentuk
pelanggaran terhadap norma agama.
2. Aspek etika dan estetika
Penggunaan bakteri E. coli sebagai
sel inang bagi gen tertentu yang akan diekspresikan produknya dalam skala
industri, misalnya industri pangan, akan terasa menjijikkan bagi sebagian
masyarakat yang hendak mengonsumsi pangan tersebut. Hal ini karena E coli
merupakan bakteri yang secara alami menghuni kolon manusia sehingga pada
umumnya diisolasi dari tinja manusia.
iv.
Aspek
Ekonomi
Berbagai
komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan ancaman persaingan
serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara konvensional. Penggunaan
tebu transgenik mampu menghasilkan gula dengan derajat kemanisan jauh lebih
tinggi daripada gula dari tebu atau bit biasa. Hal ini jelas menimbulkan
kekhawatiran bagi masa depan pabrik-pabrik gula yang menggunakan bahan alami.
Begitu juga, produksi minyak goreng canola dari tanaman rapeseeds
transgenik dapat berpuluh kali lipat bila dibandingkan dengan produksi dari
kelapa atau kelapa sawit sehingga mengancam eksistensi industri minyak goreng
konvensional. Di bidang peternakan, enzim yang dihasilkan oleh organisme
transgenik dapat memberikan kandungan protein hewani yang lebih tinggi pada
pakan ternak sehingga mengancam keberadaan pabrik-pabrik tepung ikan, tepung
daging, dan tepung tulang.
v.
Aspek
Kesehatan
1.
Potensi
toksisitas bahan pangan
Dengan terjadinya
transfer genetik di dalam tubuh organisme transgenik akan muncul bahan kimia
baru yang berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan. Sebagai
contoh, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam tomat, yang tidak pernah
berlangsung secara alami, berpotensi menimbulkan risiko toksisitas yang
membahayakan kesehatan. Rekayasa genetika bahan pangan dikhawatirkan dapat
mengintroduksi alergen atau toksin baru yang semula tidak pernah dijumpai pada
bahan pangan konvensional. Di antara kedelai transgenik, misalnya, pernah
dilaporkan adanya kasus reaksi alergi yang serius. Begitu pula, pernah
ditemukan kontaminan toksik dari bakteri transgenik yang digunakan untuk
menghasilkan pelengkap makanan (food supplement) triptofan. Kemungkinan
timbulnya risiko yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan terkait dengan
akumulasi hasil metabolisme tanaman, hewan, atau mikroorganisme yang dapat
memberikan kontribusi toksin, alergen, dan bahaya genetik lainnya di dalam
pangan manusia.
Beberapa organisme
transgenik telah ditarik dari peredaran karena terjadinya peningkatan kadar
bahan toksik. Kentang Lenape (Amerika Serikat dan Kanada) dan kentang Magnum
Bonum (Swedia) diketahui mempunyai kadar glikoalkaloid yang tinggi di dalam
umbinya. Demikian pula, tanaman seleri transgenik (Amerika Serikat) yang
resisten terhadap serangga ternyata memiliki kadar psoralen, suatu karsinogen,
yang tinggi.
2.
Potensi
menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan
WHO pada tahun 1996
menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia baru, baik yang terdapat
di dalam organisme transgenik maupun produknya, berpotensi menimbulkan penyakit
baru atau pun menjadi faktor pemicu bagi penyakit lain. Sebagai contoh, gen aad
yang terdapat di dalam kapas transgenik dapat berpindah ke bakteri penyebab
kencing nanah Neisseria gonorrhoeae (GO). Akibatnya, bakteri ini menjadi
kebal terhadap antibiotik streptomisin dan spektinomisin. Padahal, selama ini
hanya dua macam antibiotik itulah yang dapat mematikan bakteri tersebut. Oleh
karena itu, penyakit GO dikhawatirkan tidak dapat diobati lagi dengan adanya
kapas transgenik. Dianjurkan pada wanita penderita GO untuk tidak memakai
pembalut dari bahan kapas transgenik.
Contoh lainnya adalah
karet transgenik yang diketahui menghasilkan lateks dengan kadar protein tinggi
sehingga apabila digunakan dalam pembuatan sarung tangan dan kondom, dapat
diperoleh kualitas yang sangat baik. Namun, di Amerika Serikat pada tahun 1999
dilaporkan ada sekitar 20 juta penderita alergi akibat pemakaian sarung tangan
dan kondom dari bahan karet transgenik.
Selain pada manusia,
organisme transgenik juga diketahui dapat menimbulkan penyakit pada hewan. A.
Putzai di Inggris pada tahun 1998 melaporkan bahwa tikus percobaan yang diberi
pakan kentang transgenik memperlihatkan gejala kekerdilan dan imunodepresi.
Fenomena yang serupa dijumpai pada ternak unggas di Indonesia, yang diberi
pakan jagung pipil dan bungkil kedelai impor. Jagung dan bungkil kedelai tersebut
diimpor dari negara-negara yang telah mengembangkan berbagai tanaman transgenik
sehingga diduga kuat bahwa kedua tanaman tersebut merupakan tanaman transgenik.
vi.
Aspek
Lingkungan
1.
Potensi
erosi plasma nutfah
Penggunaan tembakau transgenik telah
memupus kebanggaan Indonesia akan tembakau Deli yang telah ditanam sejak tahun
1864. Tidak hanya plasma nutfah tanaman, plasma nutfah hewan pun mengalami
ancaman erosi serupa. Sebagai contoh, dikembangkannya tanaman transgenik yang
mempunyai gen dengan efek pestisida, misalnya jagung Bt, ternyata dapat
menyebabkan kematian larva spesies kupu-kupu raja (Danaus plexippus)
sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan keseimbangan ekosistem akibat
musnahnya plasma nutfah kupu-kupu tersebut. Hal ini terjadi karena gen resisten
pestisida yang terdapat di dalam jagung Bt dapat dipindahkan kepada gulma milkweed
(Asclepia curassavica) yang berada pada jarak hingga 60 m darinya. Daun
gulma ini merupakan pakan bagi larva kupu-kupu raja sehingga larva kupu-kupu
raja yang memakan daun gulma milkweed yang telah kemasukan gen resisten
pestisida tersebut akan mengalami kematian. Dengan demikian, telah terjadi
kematian organisme nontarget, yang cepat atau lambat dapat memberikan ancaman
bagi eksistensi plasma nutfahnya.
2.
Potensi
pergeseran gen
Daun tanaman tomat transgenik yang
resisten terhadap serangga Lepidoptera setelah 10 tahun ternyata mempunyai
akar yang dapat mematikan mikroorganisme dan organisme tanah, misalnya cacing
tanah. Tanaman tomat transgenik ini dikatakan telah mengalami pergeseran gen
karena semula hanya mematikan Lepidoptera tetapi kemudian dapat juga
mematikan organisme lainnya. Pergeseran gen pada tanaman tomat transgenik
semacam ini dapat mengakibatkan perubahan struktur dan tekstur tanah di areal
pertanamannya.
3.
Potensi
pergeseran ekologi
Organisme transgenik
dapat pula mengalami pergeseran ekologi. Organisme yang pada mulanya tidak
tahan terhadap suhu tinggi, asam atau garam, serta tidak dapat memecah selulosa
atau lignin, setelah direkayasa berubah menjadi tahan terhadap faktor-faktor
lingkungan tersebut. Pergeseran ekologi organisme transgenik dapat menimbulkan
gangguan lingkungan yang dikenal sebagai gangguan adaptasi.
Tanaman transgenik
dapat menghasilkan protease inhibitor di dalam sari bunga sehingga lebah
madu tidak dapat membedakan bau berbagai sari bunga. Hal ini akan mengakibatkan
gangguan ekosistem lebah madu di samping juga terjadi gangguan terhadap madu
yang diproduksi.
4.
Potensi
terbentuknya barrier species
Adanya mutasi pada mikroorganisme
transgenik menyebabkan terbentuknya barrier species yang memiliki
kekhususan tersendiri. Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan adalah
terbentuknya superpatogenitas pada mikroorganisme.
5.
Potensi
mudah diserang penyakit
Tanaman transgenik di
alam pada umumnya mengalami kekalahan kompetisi dengan gulma liar yang memang
telah lama beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan yang buruk. Hal ini
mengakibatkan tanaman transgenik berpotensi mudah diserang penyakit dan lebih
disukai oleh serangga.
Sebagai contoh,
penggunaan tanaman transgenik yang resisten terhadap herbisida akan
mengakibatkan peningkatan kadar gula di dalam akar. Akibatnya, akan makin
banyak cendawan dan bakteri yang datang menyerang akar tanaman tersebut. Dengan
perkataan lain, terjadi peningkatan jumlah dan jenis mikroorganisme yang
menyerang tanaman transgenik tahan herbisida. Jadi, tanaman transgenik tahan
herbisida justru memerlukan penggunaan pestisida yang lebih banyak, yang dengan
sendirinya akan menimbulkan masalah tersendiri bagi lingkungan.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Rekayasa genetika
merupakan penerapan teknik-teknik genetika molekuler untuk mengubah susunan
genetik dalam kromosom atau mengubah sistem ekspresi genetik yang diarahkan
pada kemanfaatan tertentu. Dasar dari pengembangan teknologi DNA Rekombinan
adalah ditemukannya mekanisme seksual pada bakteri. Perangkat yang digunakan
dalam teknik DNA rekombinan diantaranya enzim restriksi, enzim ligase,
vektor, pustaka genom, serta enzim transkripsi balik
Tahapan-tahapan yang
umum digunakan dalam teknologi DNA rekombinan adalah isolasi DNA, pemotongan
molekul DNA, penyisipan fragmen DNA ke dalam vektor, transformasi sel inang,
pengklonaan vektor pembawa DNA rekombinan, dan identifikasi klon sel yang
membawa gen yang diinginkan.
Adapun perangkat yang
digunakan dalam teknik DNA rekombinan diantaranya enzim restriksi untuk
memotong DNA, enzim ligase untuk menyambung DNA, vektor untuk
menyambung dan mengklonkan gen di dalam sel hidup dimana vektor yang sering
digunakan diantarnya plasmid dan bakteriofag, pustaka genom untuk
menyimpan gen atau fragmen DNA yang telah diklonkan, serta enzim transkripsi
balik untuk membuat DNA berdasarkan RNA (cDNA).
Adapun penerapan
rekayasa genetika dalam kehidupan manusia yaitu di bidang pertanian,
peternakan, perkebunan, kehutanan, florikultur, farmasi, industri, lingkungan,
hukum dan forensik.
2. SARAN
a. Hendaknya
rekayasa genetika dimanfaatkan dan digunakan dengan selayak-layaknya.
b. Rekayasa
genetika hendaknya tidak digunakan untuk merusak gen suatu organism
c. Hendaknya
rekayasa genetika digunakan untuk memperbaiki keadaan manusia yang semakin
terpuruk
d. Hendaknya
masyarakat diberi pengetahuan kembali mengenai rekayasa genetika, karena banyak
sekali masyarakat yang belum mengetahui apa itu rekayasa genetika.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber diambil
dari buku referensi, www.google.com/ , dan
pengetahuan pengarang.
Referensi lain, klik link berikut.........
Referensi lain, klik link berikut.........
Laporan Percobaan Ingenhausz
KUNCI JAWABAN BIOLOGI ERLANGGA KELAS XI IRNANINGTYAS BAB 3
KUNCI JAWABAN BIOLOGI ERLANGGA KELAS XI IRNANINGTYAS BAB 4
KUNCI JAWABAN BIOLOGI ERLANGGA KELAS XI IRNANINGTYAS BAB 4
Stainless Steel Magnets | Titanium Art | Titanium Art
ReplyDeleteThe Titsanium Art is a titanium white dominus medium stainless steel stainless steel instrument that measures around micro touch titanium trim approximately 3-4 mm titanium solvent trap monocore and weighs trekz titanium around titanium hair trimmer 3,500 grams. It has a unique,
zq600 nfl jerseys,nfl jerseys,nfl jerseys,nfl jerseys,nfl jerseys,nfl jerseys,nfl jerseys,nfl jerseys,nfl jerseys vj326
ReplyDelete